Cerita Dewasa Kebinalan Anak Kandungku Membuatku Basah
Cerita Dewasa
– Setelah memiliki seorang anak, aku mendapatkan vonis dokter jika
rahimku bermasalah dan tidak dianjurkan jika menambah momongan lagi.
Mendengar hal itu tentu saja membuat diriku sedih dan tidak karuan.
Dengan kondisiku yang seperti itu, suamiku pun meminta izin untuk
menikah lagi dengan wanita lain karena dirinya ingin memiliki anak lagi.
Hal tersebut ia lakukan saat anakku berusia 1 tahun. Walaupun berat,
akhirnya aku izinkan suamiku untuk menikah lagi mengingat keterbatasan
yang kumiliki saat ini sebagai seorang wanita.
Sejak pernikahannya, dia jarang pulang ke rumah. Paling sekali dalam
seminggu. Kini setelah usia anakku 15 tahun, suamiku justru tak pernah
pulang ke rumah lagi. Dia telah memiliki 4 orang anak, tepatnya dua
pasang dari istri mudanya dan dua anak lagi dari istrinya yang ketiga.
Aku harus puas, memiliki tiga buah toko yang serahkan atas namaku serta
sebuah mobil dan sebuah taksi selain sedikit deposito yang terus
kutabung untuk biaya kuliah anakku Wendi nanti.
Wendi sendiri sudah tak perduli pada ayahnya. Malah, kalau ayahnya
pulang, kelihatan Wendi tak bersahabat dengannya. Aku tak bisa berbuat
apa-apa. Semoga saja Wendi tidak berdosa pada ayahnya.
Setiap malam Aku selalu mengeloni Wendi agar tubuhku tak kedinginan
ditiup oleh suasana dingin AC di kamar tidurku. Wendi juga kalau
kedinginan, justru merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Wendi memang anak
yang manja dan aku menyayanginya.
Sudah menjadi kebiasaanku, kalau aku tidur hanya memakai daster mini
tanpa sehelai kain pun di balik daster miniku. Aku menikmati tidurku
dengan udara dinginnya AC dan timpa selimut tebal yang lebar. Nikmat
sekali rasanya tidur memeluk anak semata wayangku, Wendi. Kusalurkan
belai kasih sayangku padanya. Hanya padanya yang aku sayangi.
Sudah beberapa kali aku merasakan buah dadaku diisap-isap oleh Wendi.
Aku mengelus-elus kepala Wendi dengan kelembutan dan kasih sayang. Tapi
kali ini, tidak seperti biasanya. Hisapan pada pentil payudaraku, terasa
demikian indahnya. Terlebih sebelah tangan Wendi mengelus-elus bulu
vaginaku. Oh… nikmat sekali. Aku membiarkannya. Toh dia anakku juga.
Biarlah, agar tidurnya membuahkan mimpi yang indah. Cerita Sex
Saat aku mencabut pentil payudaraku dari mulut Wendi, dia mendesah.
“Mamaaaaa…”
Kuganti memasukkan pentil payudaraku yang lain ke dalam mulutnya. Selalu
begitu, sampai akhirnya mulutnya terlepas dari payudaraku dan aku
menyelimutinya dan kami tertidur pulas. Malam ini, aku justru sangat
bernafsu. Aku ingin disetubuhi.
Ah… Mampukah Wendi menyetubuhiku. Usianya baru 15 tahun. Masih SMP. Mampukah. Pertanyaan itu selalu bergulat dalam bathinku.
Keesokan paginya, saat Wendi pergi ke sekolah, aku membongkar lemari
yang sudah lama tak kurapikan. Di lemari pakaian Wendi di kamarnya
(walau dia tak pernah meniduri kamarnya itu) aku melihat beberapa keping
CD. Saat aku putar, ternyata semua nya film-film porno dengan berbagai
posisi. Dadaku gemuruh.
Apaah anakku sudah mengerti seks? Apakah dia sudah mencobanya dengan
perempuan lain? Atau dengan pelacur kah? Haruskah aku menanyakan ini
pada anakku? Apakah jiwanya tidak terganggu, kalau aku
mempertanyakannya? Dalam aku berpikir, kusimpulkan, sebaiknya kubiarkan
dulu dan aku akan menyelidikinya dengan sebaik mungkin dengan setertutup
mungkin.
Seusai Wendi mengerjakan PR-nya (Disekolah Wendi memang anak pintar),
dia menaiki tempat tidur dan memasuki selimutku. Dia cium pipi kiri dan
pipi kananku sembari membisikkan ucapan selamat malam dan selalu kubalas
dengan ucapan yang sama.
Tapi kalau aku sudah tertidur, biasanya aku tak menjawabnya. Dadaku
gemuruh, apaah malam ini aku mempertanyakan CD porno itu. Akhirnya aku
membiarkan saja. Dan Aku kembali merasakan buah dadaku dikeluarkan dari
balik dasterku yang mini dan tipis. Wendi mengisapnya perlahan-lahan.
Ah… kembali aku bernafsu.
Terlebih kembali sebelah tangannya mengelus-elus bulu vaginaku. Sebuah
jari-jarinya mulai mengelus klentitku. AKu merasakan kenikmatan. Kali
ini, aku yakin Wendi tidak tidur. Aku merasakan dari nafasnya yang
memburu.
Aku diam saja. Sampai jarinya memasuki lubang vaginaku dan mempermainkan
jarinya di sana dan tangan yang satu terus memainkan payudaraku. Ingin
rasanya aku mendesah, tapi…
Aku tahu, Wendi menurunkan celananya, sampai bagian bawah tubuhnya sudah
bertelanjang. Dengan sebelah kakinya, dia mengangkangkan kedua kakiku.
Dan Wendi menaiki tubuhku dengan perlahan. Aku merasakan penisnya
mengeras. Berkali-kali dia menusukkan penis itu ke dalam vaginaku. Wendi
ternyata tidak mengetahui, dimana lubang vagina.
Berkali-kali gagal. Aku kasihan padanya, karena hampir saja dia putus
asa. Tanpa sadar, aku mengangkangkan kedua kakiu lebih lebar. Saat
penisnya menusuk bagian atas vaginaku, aku mengangkat pantatku dan
perlahan penis itu memasuki ruang vaginaku. Wendi menekannya. Vaginaku
yang sudah basah, langsung menelan penisnya.
Nampaknya Wendi belum mampu mengatasi keseimbangan dirinya. Dia langsung menggenjotku dan mengisapi payudaraku. Lalu
*crooot…croot…croooootttt..*
Spermanya menyemprot di dalam vaginaku. Tubuhnya mengejang dan melemas
beberapa saat kemudian. Perlahan Wendi menuruni tubuhku. Aku belum
sampai… tapi aku tak mungkin berbuat apa-apa.
Besok malamnya, hal itu terjadi lagi. Terjadi lagi dan terjadi lagi.
Setidaknya tiga kali dalam semingu. Wendi pun menjadi laki-laki yang
dewasa. Tak sedikit pun kami menyinggung kejadian malam-malam itu. Kami
hanya berbicara tentang hal-hal lain saja. Sampai suatu sore, aku
benar-benar bernafsu sekali.
Ingin sekali disetubuhi. Saat berpapasan dengan Wendi aku mengelus
penisnya dari luar celananya. Wendi membalas meremas pantatku. Aku
secepatnyake kamar dan membuka semua pakaianku, lalu merebahkan diri di
atas tempat di tutupi selimut. Aku berharap, Wendi memasuki kamar
tidurku. Belum sempat usai aku berharap, Wendi sudeah memasuki kamar
tidurku.
Di naik ke kamar tidurku dan menyingkap selimutku. Melihat aku tertidur
dengan telanjang bulat, Wendi langsung melepas semuapakaiannya. Sampai
bugil. Bibirku dan payudaraku sasaran utamanya. AKu mengelus-elus
kepalanya dan tubuhnya. Sampai akhirnya aku menyeret tubuhnya menaiki
tubuhku. KUkangkangkan kedua kakiku dan menuntun penisnya menembus
vaginaku.
Nafsuku yang sudah memuncak, membuat kedua kakiku melingkar pada
pinggangnya. Mulutnya masih rakus mengisapi dan menggigit kecil pentil
payudaraku. Sampai akhirnya, kami sama-sama menikmatinya dan melepas
kenikmatan kami bersama. Seusai itu, kami sama-sama minum susu panas dan
bercerita tentang hal-hal lain, seakan apa yang baru kami lakukan, buka
sebuah peristiwa.
Malamnya, seisai Wendi mengerjakan PR-nya dia mendatangiku yang lagi
baca majalah wanita di sofa. Tatapan matanya, kumengerti apa maunya.
Walau sore tadi kami baru saja melakukannya. Kutuntun dia duduk di
lantai menghadapku. Setelah dia duduk,aku membuka dasterku dan
mengarahkan wajahnya ke vaginaku. AKu berharap Wendi tau apa yang harus
dia lakukan, setelah belajar dari CD pornonya.
Benar saja, lidah Wendi sudah bermain di vaginaku. Aku terus membaca
majalah, seperti tak terjadi apa-apa. AKu merasa nikmatr sekali.
Lidahnya terus menyedot-nyedot klentitku dan kedua tangannya
mengelus-elus pinggangku. Sampa akhirnya aku menjepit kepalanya, karean
aku akan orgasme
Wendi menghentikan jilatannya Dan aku melepaskan nikmatku. Kemudia kedua
kakiku kembali merenggang. AKu merasakan Wendi menjilati basahnya
vaginaku. Setelah puas, Wendi bangkir. Aku turun ke lantai. Kini Wendi
yang membuka celananya dan menarik kepalaku agar mulutku merapat ke
penisnya. Penis yang keras itu kujilati dengandiam. Wendi menyandarkan
kepalanya ke sandaran sofa. Kepalaku ditangkapnya dan dileus-elusnya.
Aku terus menjilatinya dan terus melahap penisnya, sampai spermanya
memenuhi mulutku. Sampai akhirnyanormal kembali dan kami duduk bersisian
menyaksikan film lepas di TV. Seusai nonton film, aku mengajaknya untuk
tidur, karean besok dia harus sekolah, dan aku harus memeriksa
pembukuan toko.
“yuk tidur sayang,” kataku.Wendi bangkit dan menggamit tanganku, lalu kami tertidur pulas sampai pagi.
Siang itu, aku mendengar Wendi pulang sekolah dan dia minta makan. Kami
sama-sama makan siang di meja makan. Usai makan siang, kami sama-sama
mengangkat piring kotor dan sama-sama mencucinya di dapur. Wendi
menceritakan guru baruya yang sangat disiplin dan terasa agak kejam. Aku
mendengarkan semua keluhan dan cerita anakku.
Itu kebiasaanku, sampai akhirnya aku harus mengetahui siapa Wendi. Aku
juga mulai menanyakan siapa pacarnya dan pernah pergi ke tempat
pelacuran atau tidak. Sebenarnya aku tahu Wendi tidak pernah pacaran dan
tidak pernah kepelacuran dari diary-nya. Kami sama-sama menyusun piring
dan melap piring sampai ke ring ke rak-nya, sembari kami
terusbercerita.
“Ma…besok Wendi diajak teman mendaki gunung…boleh engak, Ma?” tanya
Wendi meminta izinku sembari tangannya memasuku bagian atas dasterku dan
mengelus payudaraku.
“Nanti kalau sudah SMA saja ya sayang…” kataku sembari mengelus penis Wendi.
“Berarti tahun depan dong, Ma,” katanya sembari mengjilati leherku.
“Oh… iya sayang… Tahun depan” kataku pula sembari membelai penisnya dan
melepas kancing celana biru sekolahnya dan melepas semua pakaiannya
sampai Wendi telanjang bulat.
“Kalau mama bilang gak boleh ya udah. Wendi gak ikut,” katanya sembari
melepaskan pula kancing dasterku sampai aku telanjang bulat.
Ya.. kami terus bercerita tentang sekolah Wendi dan kami sudah bertelanjang bulat bersama
“Sesekali kita wisata ke puncak yuk ma…” kata Wendi sembari menjilati
leherku dan mengelus payudaraku. Aku duduk di kursi kamar dan Wendi
berdiri di belakangku. Uh… anakku sudah benar-benar dewasa. Dia ingin
sekali bermesraan dan sangat romantis.
“Kapan Wendi maunya ke puncak?” kataku sembari menkmati jilatannya. Aku pun mulai menuntunnya agar berada di hadapanku.
Wendi kubimbing untuk naik ke atas tubuhku. Kedua kakinya mengangkangi
tubuhku dan bertumpu pada kursi. Panttanya sudah berada di atas kedua
pahaku dan aku memeluknya. Kuarahkan murnya untuk mengisap pentil
payudaraku.
“Bagaimana kalau malam ini saja kita ke puncak sayang. Besok libur dan
lusa sudah minggu. Kita di puncak dua malam,” kataku sembari
mengelus-elus rambutnya.
“Setuju ma. Kita bawa dua buah selimut ma,” katanya mengganti isapan nya dari payudaraku yang satu ke payudaraku yang lain.
“Kenapa harus dua sayang. Satu saja..” kataku yang merasakan tusukan penisnya yang mengeras di pangkal perutku.
“Selimutnya kita satukan biar semakin tebal, biar hangat ma. Dua selimut
kita lapis dua,” katanya. Dia mendongakkan wajahnya dan memejamkan
matanya, meminta agar lidahku memasuki mulutnya. Aku membernya. Sluuupp…
lidahku langsung diisapnya dengan lembut dan sebelah tangannya mengelus
payudaraku.
Tiba-tiba Wendi berdiri dan amengarahkan penisnya ke mulutku. Aku
menyambutnya. Saat penis itu berada dalam mulutku dan aku mulai
menjilatinya dalam mata terpejam Wendi mengatakan.
”Rasanya kita langsung saja pergi ya ma. Sampai dipuncak belum sore.
Kita boleh jalan-jalan ke gunung yang dekat villa itu,” katanya.
Aku mengerti maksudenya, agar aku cepat menyelesaikan keinginannya dan
kami segera berangkat. Cepat aku menjilati penisnya dan Wendi
Meremas-remas rambutku dengan lembut. Sampai akhirnya, Wendi menekan
kuat-kuat penisnya ke dalam mulutku dan meremas rambutku juga.
Pada tekak mulutku, aku merasakan hangatnya semprotan sperma Wendi
beberapa kali. Kemudian dia duduk kembali ke pangkuanku. Di ciumnya
pipiku kiri-kanan dan mengecup keningku. Uh… dewasanya Wendi. Au
membalas mengecup keningnya dengan lembut.
Wendi turun dari kursi, lalu memakaikan dasterku dan dia pergi ke kamar
mandi. Aku kekamar menyiapkan sesuatu yang harus kami bawa. Aku tak
lupamembawa dua buah selimut dan pakaian yang mampu mebnghangatkan
tubuhku. Semua siap. Mobil meluncur ke puncak, mengikuti liuknya jalan
aspal yang hitam menembus kabut yang dingin.
Kami tiba pukul 15.00. Setelah check in, kami langsung makan di restoran
di tepi sawah dan memesan ikan mas goreng serta lapannya. Kami makan
dengan lahap sekali. Dari sana kami menjalani jalan setapak menaik ke
lereng bukit. Dari sana, aku melihat sebuah mobil biru tua, Toyota Land
Cruiser melintas jalan menuju villa yang tak jauh dari villa kami.
Mobil suamiku, ayahnya Wendi. Pasti dia dengan istri mudanya atau dengan
pelacur muda, bisik hatiku. Cepat kutarik Wendi agar dia tak melihat
ayahnya. Aku terlambat, Wendi terlebih daulu melihat mobil yang dia
kenal itu. Wendi meludah dan menyumpahi ayahnya.
”Biadab !!!” Begitu bencinya dia pada ayahnya. Aku hanya memeluknya dan
mengelus-elus kepalanya. Kami meneruskan perjalanan. Aku tak mau suasana
istirahat ini membuatnya jadi tak indah.
Sebuah bangku terbuat dari bata yang disemen. Kami duduk berdampingan
diatasnya menatap jauh ke bawah sana, ke hamparan sawah yang baru
ditanami. Indah sekali.
Wendi merebahkan kepalanya ke dadaku. Aku tahu galau hatinya. Kuelus kepalanya dan kubelai belai.
“Tak boleh menyalahkan siapapun dalam hidup ini. Kita harus menikmati
hidup kita dengan tenang dan damai serta tulus,” kata ku mengecup
bibirnya.
Angin mulai berhembus sepoi-sepoi dan kabut sesekali menampar-nampar
wajah kami. Wendi mulai meremas payudaraku , walau masih ditutupi oleh
pakaianku dan bra.
“Iya. Kita harus hidup bahagia. Bahagia hanya untuk milik kita saja,” katanya lalu mencium leherku.
“Kamu lihat petani itu? Mereka sangat bahagia meniti hidupnya,” kataku
sembari mengelus-elus penisnya dari balik celananya. Wendi berdiri, lalu
menuntunku beridiri. Aku mengikutinya. Dia mengelus-elus pantatku
dengan lembut.
“Lumpur-lumpur itu pasti lembut sekali, Ma,” katanya terus mengelus
pantatku. Pasti Wendi terobsesi dengan anal seks, pikirku. Aku harus
memberinya agar dia senang dan bahagia serta tak lari kemana-mana
apalagi ke pelacur. Dia tak boleh mendapatkannya dari perempuan jalang.
Kami mulai menuruni bukit setelah mobil Toyota biru itu hilang, mungkin
ke dalam garasi villa. Wendi tetap memeluk pinggangku dan kami memesan
dua botol teh. Kami meminumnya di tepi warung.
“Wah… anaknya ganteng sekali bu. Manja lagi,” kata pemilik warung. Aku
tersenyum dan Wendipun tak melepaskan pelukannya. Sifatnya memang manja
sekali.
“Senang ya bu, punya anak ganteng,” kata pemilik warung itu lagi.
Kembali aku tersenyum dan orang-orang yang berada di warung itu
kelihatan iri melihat kemesraanku dengan anakku. Mereka pasti tidak tau
apa yang sedang kami rasakan. Keindahan yang bagaimana. Mereka tak tahu.
Setelah membayar, kami menuruni bukit dan kembali ke villa. Angin
semakin kencang sore menjelang mahgrib itu. Kami memesan dua gelas kopi
susu panas dan membawanya ke dalam kamar. Setelah mengunci kamar, aku
melapaskan semua pakaianku. Bukankah tadi Wendi mengelus-elus pantatku?
bukankah dia ingin anal seks? Setelah aku bertelanjang bulat, aku
mendekati Wendi dan melepaskan semua pakaiannya.
Kulumasi penisnya pakai lotion. Aku melumasi pula duburku dengan lotion.
Di lantai aku menunggingkan tubuhku. Wendi mendatangiku. Kutuntun
penisnya yang begitu cepat mengeras menusuk lubang duburku.
Aku pernah merasakan ini sekali dalam hidupku ketika aku baru menikah.
Sakit sekali rasanya. Dari temanku aku mengetahui, kalau mau main dri
dubur, harus memakai pelumas, katanya. Kini aku ingin praktekkan pada
Wendi
Wendi mengarahkan ujung penisnya ke duburku. Kedua lututnya, tempatnya
bertumpu. Perlahan…perlahan dan perlahan. Aku merasakan tusukan itu
dengan perlahan. Ah.. Wendi, kau begitu mampu memberikan apa yang aku
inginkan, bisik hatiku sendiri. Setiap kali aku merasa kesat, aku denga
tanganku menambahi lumasan lotion ke batangnya. Aku merasakan penis itu
keluar-masukdalam duburku.
Kuarahkan sebelah tangan Wendi untuk mengelus-elus klentitku. Waw… nimat
sekali. Di satu sisi klentitku nikat disapu-sapu dan di sisi lain,
duburku dilintasi oleh penis yang keluar masuk sangat teratur. Tak ada
suara apa pun yang terdengar.
Sunyi sepi dan diam. Hanya ada desau angin, desah nafas yang meburu dan
sesekali ada suara burung kecil berkicau di luar sna, menuju sarangnya.
Tubuh Wendi sudah menempel di punggungku. Sebelah tangannya
mengelus-elus klentitku dan sebelah lagi meremas payudaraku. Lidahnya
menjilati tengkukku dan dan leherku bergantian. Aku sangat beruntung
mememiliki anak seperti Wendi.
Dia laku-laki perkasa dan penuh kelembutan. Tapi… kenapa kali ini dia
begitu buas dan demikian binal? Tapi… Aku semakin menikmati kebuasan
Wendi anak kandungku sendiri. Buasnya Wendi, adalah buas yang sangat
santun dan penuh kasih.
Aku sudah tak mampu membendung nikmatku. AKu menjepit tangan Wendi yang
masih mengelus klentitku jugamenjepit penisnyadengan duburku. Wendi
mendesah-desah…
“Oh… oh….oooooohh…”
Wendi menggigit bahuku dan mempermainkan lidahnya di sela-sela
gigitannya. Dan remasan pada payudaraku terasa begitu nikmat sekali.
“Ooooooooooohhhh..” desahnya dan aku pun menjerit.
“Akhhhhhhhhhhhh..” Lalu aku menelungkup di lantai karpet tak mampu lagi kedua lututku untuk bertumpu.
Penis Wendi mengecil dan meluncur cepat keluar dari duburku. Wendi cepat
membalikkan tubuhku. Langsung aku diselimutinya dan dia masuk ke dalam
selimut, sembari mengecupi leherku dan pipiku. Kami terdiam, sampai
desah nafas kami normal.
Wendi menuntunku duduk dan membimbingku duduk di kursi, lalu melilit tubuhku dengan selimut hotel yang tersedia di atas tempat tidur. Dia mendekatkan kopi susu ke mulutku.
Aku meneguknya. Kudengar dia mencuci penisnya, lalu kembali mendekat padaku. Dia kecul pipiku dan mengatakan:”Malam ini kita makan apa, Ma?”
“Terserah Wendi saja sayang.”
“Setelah makan kita kemana, Ma?” dia membelai pipiku dan mengecupnya lagi.
“Terserah Wendi saja sayang. Hari ini, adalah harinya Wendi. Mama ngikut saja apa maunya anak mama,” kataku lembut.
“OK, Ma. Hari ini haerinya Wendi. Besok sampai minggu, harinya mama. Malam ini kita di kamar saja. Aku tak mau ketemu dengan orang yang naik Toyota Biru itu,” katanya geram. Nampaknya penuh dendam. Aku menghela nafas.
Usai makan malam, kami kembali ke kamar dan langsung tidur di bawah dua selimut yang hangat dan berpelukan. Kami tidur sampai pukul 09.00 pagi baru terbangun. Cerita Seks
BERGABUNG SEKARANG DI SITUS WEBSITE GAMES ONLINE YANG SUDAH TERPERCAYA SEJAK DARI 2009 (POKER PELANGI)
-KINI HADIR 8 GAMES DALAM 1 ID
*PLAY POKER - BANDAR POKER- ADU Q- BANDAR Q- DOMINO 99 -CAPSA SUSUN- SAKONG - BANDAR 66(NEW)
-DENGAN MIN DEPO / WD 20RB
*ANDA SUDAH BISA BERMAIN 8 GAMES TERSEBUT !
-DENGAN PELAYANAN CS ONLINE 24 JAM
*MEMBERIKAN TIPS KEMENANGAN/ KENDALA LAINNYA
-PROSES DEPO WD TERCEPAT !
*SISTEM PROSES TERCEPAT
-TERSEDIA 7 BANK LOKAL
*BANK BCA - MANDIRI- BNI - BRI - DANAMON - PERMATA - PANIN
*TERMASUK BANK DAERAH
-TERSEDIA BERMAIN DI VIA
*ANDROID
*IPAD
*IPHONE
-PERMAINAN YANG PASTINYA PLAY FAIR 100%
*NON ROBOT (MEMBER VS MEMBER)
-BONUS BONUS SUPER MENARIK !
*BONUS ROLLINGAN
*BONUS REFFERAL
*BONUS BAGI MEMBER YANG ACTIVE BERMAIN
*PLAY POKER - BANDAR POKER- ADU Q- BANDAR Q- DOMINO 99 -CAPSA SUSUN- SAKONG - BANDAR 66(NEW)
-DENGAN MIN DEPO / WD 20RB
*ANDA SUDAH BISA BERMAIN 8 GAMES TERSEBUT !
-DENGAN PELAYANAN CS ONLINE 24 JAM
*MEMBERIKAN TIPS KEMENANGAN/ KENDALA LAINNYA
-PROSES DEPO WD TERCEPAT !
*SISTEM PROSES TERCEPAT
-TERSEDIA 7 BANK LOKAL
*BANK BCA - MANDIRI- BNI - BRI - DANAMON - PERMATA - PANIN
*TERMASUK BANK DAERAH
-TERSEDIA BERMAIN DI VIA
*ANDROID
*IPAD
*IPHONE
-PERMAINAN YANG PASTINYA PLAY FAIR 100%
*NON ROBOT (MEMBER VS MEMBER)
-BONUS BONUS SUPER MENARIK !
*BONUS ROLLINGAN
*BONUS REFFERAL
*BONUS BAGI MEMBER YANG ACTIVE BERMAIN
DAFTAR SEKARANG JUGA DI SITUS RESMI KAMI WWW.PELANGIYES. COM
JANGAN LUPA AJAK TEMAN2 BERGABUNG (GET BONUS )
JANGAN LUPA AJAK TEMAN2 BERGABUNG (GET BONUS )
INFO LEBIH LANJUT JANGAN LUPA HUBUNGI KAMI DI
LIVE CHAT 24 JAM DI LINK WWW.PELANGIYES. COM
ATAU
BBM : D8C5975D
FB : Poker Pelangi Reborn
SKYPE : poker pelangi
WA : +85598874349
IG: Poker_Pelangi
Line : Poker_pelangi
LIVE CHAT 24 JAM DI LINK WWW.PELANGIYES. COM
ATAU
BBM : D8C5975D
FB : Poker Pelangi Reborn
SKYPE : poker pelangi
WA : +85598874349
IG: Poker_Pelangi
Line : Poker_pelangi
0 komentar